Pekerjaan sebagai private chef ternyata sangat berbeda dengan bekerja di dapur restoran. Karena belum terbiasa, sesekali tuan rumah jadi kehilangan kesabaran karena makanan terlambat disajikan. Barulah ketika Yosua mulai terbiasa, ia memberanikan diri untuk menawarkan jasanya.
Pemasaran dilakukan dari mulut ke mulut. Pelanggan yang puas biasanya akan merekomendasikan Yosua ke temannya yang lain, begitu seterusnya. Dulu, saat baru mulai merintis usaha juru masak pribadi ini, dia mengalami juga susahnya merintis usaha. Pernah dalam sebulan dia tidak mendapatkan satu pun pelanggan. Namun kini di saat akhir tahun tiba misalnya, Yosua pernah mendapatkan sampai 10 panggilan menjadi juru masak pribadi.
Tantangan terbesar yang ia rasakan yaitu karena setiap saat Yosua harus menghadapi berbagai jenis dapur. Meski banyak kliennya berasal dari kalangan berlimpah duit, banyak hal tak terduga terjadi. Misalnya ada rumah mewah yang memiliki dapur besar, tapi hanya mempunyai dua kompor. Jika Yosua tidak membawa kompor tambahan, ia tentu akan kelimpungan. Untuk itu ia wajib memastikan kondisi dapur klien setidaknya seminggu sebelum hari H tiba.
Waktu jeda itu juga ia manfaatkan untuk mempersiapkan bahan masakan. Terutama karena Yosua juga harus meladeni permintaan klien yang menginginkan bahan-bahan masakan mahal yang tak gampang diperoleh. “Bahan-bahan seperti Japanese Beef Kobe, lobster atau kaviar....Semakin high profile, semakin high ingredients yang mereka cari. Kalau bisa cari bahan sampai orang lain nggak bisa bayar,” ujar Yosua yang saat ini juga bekerja sebagai konsultan untuk sebuah restoran di Solo, Jawa Tengah.
Yosua tidak bisa asal-asalan meracik bahan mahal itu, apalagi kliennya rata-rata sudah biasa keliling dunia sehingga lidah mereka kenal betul dengan rasa masakan yang mereka minta. “Sebagai chef, kami agak tegang juga saat diminta masak bahan-bahan masakan yang harganya sekian puluh juta. Kami masak salah sedikit saja sudah merusak bahan. Dan mereka tahu betul masakan dari negara asalnya. Mereka sudah ke Jepang dan langsung makan Kobe beef di sana,” kata Yosua.
Meski jasa juru masak pribadi ini lumayan mahal, klien Yosua tak melulu kalangan atas. Kadang ada pula yang berasal dari kalangan menengah. Mereka umumnya tinggal di apartemen atau perumahan. Namun Yosua memang kerap terkendala dengan kondisi dapur yang kurang memadai, baik dari segi ukuran atau kelengkapan alat masak. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, ia pun membuat surat perjanjian di muka.
“Aku sebetulnya nggak masalah masak di rumah kecil, yang penting kami bisa buat momen istimewa. Cuma karena tempat terbatas, kami buat semacam surat kontrak. Karena kondisi tidak memungkinkan, harus ada toleransi jika makanannya jadi terlambat dihidangkan” ungkapnya. Yosua menyediakan paket standar lima courses seharga Rp 950 ribu per orang. Harga ini bisa disesuaikan dengan kantong klien. “Aku lebih happy untuk menyesuaikan dengan anggaran pelanggan. Jadi aku akan berusaha yang terbaik untuk memasak sesuai anggaran yang diberikan,” Yosua menuturkan.
Baca Lagi dong https://x.detik.com/detail/intermeso/20190217/Mencicip-Menu-Bintang-Michelin-ala-Gordon-Ramsay/Bagikan Berita Ini
0 Response to "Ada 'Gordon Ramsay' di Dapur Kami - Detik X"
Post a Comment